JA.com, Solok Selatan - Ribuan  masyarakat tumpah ruah menyaksikan pelaksanaan  pesta adat yang dikemas pada "Alek Budaya" Festival Seribu Rumah Gadang (SRG) di Kabupaten Sarantau Sasurambi, Jumat (22/3) malam. Tidak hanya masyarakat lokal, semarak festival adat  dengan suasana masa doeloe ini, juga turut disaksikan oleh wisatawan mancanegara.

Festival bertajuk "Manyulam Kain Jolong" ini, bertujuan untuk memperbaiki dan menata kembali budaya yang pernah ada dalam masyarakat Minang khususnya Solsel, agar kembali disenangi dan dicintai. Melalui festival SRG ini, masyarakat diajak untuk menghidupkan kembali seni budaya, adat istiadat yang nyaris terlupakan oleh perkembangan zaman.

Bupati Solsel, H. Muzni Zakaria saat membuka secara resmi pergelaran budaya itu mengatakan, tatanan adat istiadat dan kesenian yang dimiliki serta masih hidup di masyarakat Solsel pada masa lampau merupakan kekayaan budaya yang perlu dijaga serta  dipelihara .Semua pihak, baik pemerintah, tokoh adat, ninik mamak, anak kemenakan bahkan seluruh lapisan masyarakat di Solsel punya tanggung jawab besar untuk tugas pelestarian itu.

Muzni berharap dengan kemeriahan Festival SRG ini, diharapkan masyarakat terutama generasi muda tetap bisa melestarikan adat dan budaya Minangkabau terutama di Solsel sendiri. Saat ini katanya, perkembangan teknologi dan informasi rentan untuk lunturnya adat dan budaya asli masyarakat itu sendiri.

"Tak bisa dipungkiri, bahwa kita sudah hidup di era kemajuan teknologi yang luar biasa,  serba canggih. Dengan kemajuan teknologi ini, budaya kita kian tersingkir. Ini kita tak mau," ujarnya.

Harapan lain lanjutnya, melalui festival itu agar Solsel semakin populer lagi keberadaannya sebagai daerah yang kaya budaya. Kegiatan ini diharapkan dapat menarik animo wisatawan, baik domestik ataupun mancanegara untuk berkunjung ke Solsel. Menikmati keunikan seni budaya di kawasan SRG serta berbagai destinasi wisata alam yang indah.

"Kita punya banyak destinasi wisata di Solsel. Di Muaralabuh dan sekitarnya kita ada kawasan SRG, wisata sejarah Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu dan Kerajaan Balun. Ada juga Mesjid bersejarah 60 Kurang Aso. Di Sangir kita punya banyak wisata alam air terjun, Goa Batu Kapal di Sangir Balai Janggo. Ada pula Rumah Gadang Panjang Abai di Sangir Batang Hari yang baru saja dinobatkan sebagai situs sejarah terpopuler dalam ajang Anugrah Pesona Indonesia," jelasnya.

Kemudian, Muzni juga berharap pada Festival SRG yang kedua ini, mereka dapat memperkenalkan semua budaya lama kepada seluruh masyarakat. "Festival SRG ini adalah wadah untuk menampilkan kembali budaya adat istiadat lama yang dulu dilaksanakan pendahulu kita dengan sangat sempurna sekali," kata Muzni.

Sebelum pembukaan, Muzni bersama pemuka masyarakat mulai dari para "Raja nan Barampek", penghulu, ninik mamak, alim ulama, perwakilan pemerintah provinsi, perangkat daerah dan tokoh masyarakat berjalan dari gerbang kawasan SRG. Mereka disambut dengan beraneka tarian, penampilan silat tradisi, nyanyian dengan diiringi musik rebana, rabab dan lain-lain.

Rombongan kemudian naik ke Rumah Gadang Tigo Lareh dimana acara pembukaan dilaksanakan. Sebelum Muzni membuka festival ini, mereka juga makan bajamba secara adat. Di mana sebelum dan sesudah makan diselingi dengan pidato adat atau sambah kato. Barulah setelah itu Bupati secara resmi membuka Festival Seribu Rumah Gadang (SRG).

Hadir pada kegiatan itu, Staf Ahli Gubernur Sumbar, W Yani, Sekda Solsel Yulian Efi, Raja-Raja Sungai Pagu, Ketua LKAAM Solsel Noviar Dt R Endah, Wakil ketua DPRD Armen Syahjohan , Kajari Solsel M Rohmadi, Kapolsek Sungai Pagu, AKP Henwel , Danramil Sungai Pagu Kapten Betri Meldi, para ninik mamak dan undangan lainnya.

Selama Festival ini, kawasan SRG disulap dengan suasana masa lampau. Gemerlap lampu obor dari karambia tekong (tempurung kelapa, red) membuat pengunjung bernostalgia dengan nuansa malam masa dulu. Sepanjang jalan ada lima titik musik tradisi dan lima titik silat yang digunakan untuk menyambut para tamu yang datang. (Sudir)
 
Top