JA.com, Limapuluh Kota (Sumatera Barat)
TPQ dan MDTA Al Iklas Masjid Jami’ Jorong Menara Agung Kenagarian Batu Hampar patut mendapatkan acungan jempol. Kendati keterbatasan sarana dan prasarana serta dana operasional, namun sekolah agama ini tetap mampu menampung murid dalam jumlah besar.
Bahkan sejak berdiri tahun 2013 lalu hingga kini sekolah itu senantiasa mendapatkan murid sekitar 340 orang setiap tahunnya. Jumlah murid ini diperkirakan terbesar di Kabupaten Limapuluh Kota.
 “Sejak berdiri tahun 2013 lalu hingga kini jumlah murid kami setiap tahunnya rata-rata 340 orang. Kami yakin jumlah murid ini terbesar dibanding TPQ/MDTA lainnya di Kabupaten Limapuluh Kota,” ungkap Ketua Pengurus TPQ/MDTA Al Iklas Batu Hampar H. Jasni Amir menjawab wartawan di Batu Hampar, baru-baru ini.
Murid itu, kata Jasni, bukan saja berasal dari Nagari batu Hampar, namun juga datang dari nagari tetangga seperti dari Nagari Sariak Laweh dan Koto Tangah Batu Hampa. Mereka dibagi dalam 11 lokal dengan tenaga pengajar sebanyak 15 orang.
“Murid kami juga banyak yang berasal dari nagari tetangga. Hingga kini sekolah mengaji ini sudah menamatkan lebih dari 2 ribu orang,” tutur Jasni.
Diakui, muris sebanyak itu tidak tertampung oleh gedung TPQ/MDTA ini hanya memiliki empat lokal belajar, sedangkan anak dibagi dalam 11 rombongan belajar. Artinya terjadinya kekurangan 7 lokal.
“Mensiasati kekurangan lokal belajar sebanyak itu, kami memanfaatkan  lantai 2 Masjid Jami’ yang disekat-sekat,” tutur Jasni.
Namun, menyoal honor guru, Jasni mengakui, hingga kini pihak pengurus baru mampu memberikan dalam jumlah alakadarnya. Untuk menambah jumlah honor guru ini, pihaknya berharap adanya bantuan pemerintah daerah seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Kami baru mampu memberikan honor guru TPQ/MDAT ini sebesar Rp300 ribu perbulan. Angka ini memang jauh kecil dibanding upah tukang bangunan yang mencapai Rp150 ribu perhari,” ujar Jasni lagi.
Kendati hanya mendapatkan honor yang kecil, lanjut Jasni, namun  proses belajar dan mengajar tetap lancar.
“Meski honor sangat minim, tetapi para tenaga pengajar di sekolah agama ini tetap semangat. Mereka menyadari keberadaan mereka di sekolah ini adalah pengabdian,” ucap Jasni.
Menyoal sumber pembiayaan dari sumbangan wali murid, menurut Jasni pihak TPQ/MDTA hanya menetapkan iuran sebesar Rp15 ribu perbulan. Khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu digratiskan.
“Saat ini kami lebih mengandalkan sumbangan donatur dan sumbangan jemaah masjid Jami’ sekali seminggu, serta iuran wali murid,” tambah Jasni.
Lebih jauh Jasni menjelaskan, TPQ/MDTA ini dibangun tahun 2013 dengan dana PNPM yang berjumlah sebesar Rp350 juta ditambah swadaya masyarakat senilai lebih kurang Rp 6 juta. (gun)
 
Top