JA.com, Mentawai (Sumatera Barat)--Festival Pesona Mentawai (FPM) menampilkan perdananya Teater yang berjudul Kabaraijat Sikerei berbahasa Mentawai yang artinya Asal usul Sikerei, di Mapaddegat desa Tuapejat, Sipora Utara, Jumat (28/06).

Menurut Sutradara Teater, Arun Tasirikeru (29) bahwa Teater itu adalah cerita Pageta Sabbau satu dari cerita asal usul Sikerei di Mentawai.

Foto: rilis teater
Dengan persiapan latihan untuk tampil pada FPM itu disebutkan membutuhkan waktu selama dua bulan. Ide pembuatan Teater ini berasal dari kajian pengalaman sebelumnya, sebab selama ini dalam pameran kebudayaan selalu menampilkan Turuk Laggai." katanya.

Melalui itu, Ia mengkaji Sikerei dalam pameran Turuk Laggai, maka timbullah ide baru dengan menjadikan cerita Pageta Sabbau menjadi teater seni budaya.

Untuk Teater Pageta Sabbau berdurasi 140 Menit diikuti oleh sebanyak 35 pemain yang terbagi dari 10 Pemusik dan 25 Pemeran.

Kedepan Arun berencana untuk meningkatkan dan mengembangkan Tokoh dalam cerita Kabaraijat Sikerei. "Asal usul sikerei bukan pada cerita Pageta Sabbau saja, tapi masih ada cerita tokoh Sikerei lain." jelasnya.

Ia berharap agar ada Festival yang dikususkan untuk Teater Seni. Dan tidak menggangu acara lain. Sebab, waktu pergelaran Teater itu lebih lama.


Foto: rilis teater
Tambahnya, judul teater saat ini sama dengan kelompok Teater yang sudah dirancang setahun lalu  Jumlah dengan kelompok, sekitar 35 orang.

Sementara Pemeran Utama Pageta Sabbau, Thomas Saegek Oni mengatakan, peranan menjadi Pageta Sabbau sangatlah menarik, karena Pageta Sabbau merupakan Orang yang mendapatkan Mujizat di Massa Arat Sabulungan.

"Berbagai macam proses ia lalui. Mulai dari di temukan oleh seorang kakek dari Suku Sapojai dan dibesarkan hingga mendapatkan Mujizat," katanya.

Untuk kemampuan sendiri yang dimiliki Pageta Sabbau seperti dapat menghidupkan ikan dan membelah pulau, serta dapat menyembuhkan orang sakit dan ganguan roh jahat.

Kemudian Pageta Sabbau dikatakannya, pernah dibunuh dan di hidupkan kembali oleh nenek monyangnya yang menyerupai buaya.

"Akibat dendam keponakannya kepada Kampung lain Pageta Sabbau di ajak perang sehingga melanggar pantang dan tanpa ritual dia terbunuh lalu di hidupkan oleh seekor buaya yang merupakan nenek monyangnya." tuturnya.

Thomas Mengatakan, kunci dari sebuah peranan itu adalah menjiwai dan merasakan kisah sedih dan senang yang dialami oleh orang yang diperankan, agar akting berjalan maksimal." tutupnya.(Lilis)
 
Top