JA.com, Solok Selatan (Sumatera Barat)--Revitalisasi Kawasan Seribu Rumah Gadang di Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Solok Selatan Sumbar menuai momok di masyarakat setempat.

Pemilik Rumah Gadang (rumah adat red) yang terjatah dalam Revitalisasi Kawasan Seribu Rumah Gadang (SRG) yang di bangun melalui dana  APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) kecewa bahkan gelisah dengan perjalanan pekerjaan  perusahaan PT Wisana Matra Karya (WMK), bahkan diduga spek pekerjaan tidak sesuai  dengan kontrak perjanjian kerja.

Salah seorang pemilik juga menyebutkan kenapa harus semua rumah gadang itu harus dibuka seperti  lantai, dinding, atap. Namun setelah dibuka tak kunjung dilakukan pemasangannya kembali, sehingga rumah gadang yang dibuka itu kehujanan dan berjemur, kalau ini dibiarkan berlama lama akan terjadi pelapukan.

Tidak hanya soal pengerjaan yang dikeluhkan termasuk juga   jenis kayu yang digunakan di duga tidak sesuai dengan spesifikasi.

Oleh karena bangunan ini adalah bangunan rumah adat tentu jenis kayunya tidaklah sembarangan kayu kata seorang tukang tuo yang namanya tidak mau ditulis.Dia menyebut ada beberapa jenis kayu yang dapat dipakai untuk sebuah rumah gadang (rumah adat) Anatar lain seperti, banio, timbalun, kruning, kuranji meranti, surian, marsawa dan bayu.

Dalam pembuatan rumah gadang tidak bisa sembarangan kayu yang dipakai tapi ada kriterianya, bahkan Saya sudah sering mendapat laporan dari warga SRG baik itu secara langsung ataupun melalui media sosial, hal ini tidak bisa dibiarkan, Disporabud juga akan segera turun kelokasi mencari akar permasalahannya.

Menurutnya kayu yang digunakan untuk membangun rumah gadang merupakan kayu pilihan sesuai dengan perjanjian sehingga bisa bertahan dalam waktu lama, kayu untuk rumah adat ini memang susah untuk mendapatkanya.

Pihak nagari maupun Kerapatan Adat Nagari (KAN) serta masyarakat sudah menawarkan tempat pembelian kayu di daerah lain yang sesuai spesifikasi kepada rekanan tetapi tidak ditanggapi, sebutnya.

Kadis menambahkan, Dirinya sudah sering kelapangan bahkan sudah malaporkan ka BPPW Sumatera Barat, dan rencana pihak Disporabud akan menemui BPPW  dan OPD terkait PU, Perkim LH yang akan dikoordinir oleh Asisten 2.

Sementara itu Wali Nagari Koto Baru Ahmad Julaini mengatakan, pihaknya sudah jauh jauh hari mengingatkan rekanan terkait penggunaan kayu dalam revitalisasi rumah gadang tetapi kurang ditanggapi.

"Kami tidak memiliki kewenangan apapun di sini dan tak pernah dilibatkan dalam kegiatan revitalisasi ini, sehingga hanya bisa mengingatkan saja sebab banyak keluhan dari masyarakat," ucap Ahmad

"Sebaiknya, katanya pihak provinsi melakukan pengecekan langsung ke lapangan sebab pemkab dan nagari tidak memiliki kewenangan apapun,"ucapnya lagi.

Dia mengatakan, hampir seluruh rumah gadang yang direvitalisasi menggunakan kayu yang tidak sesuai kriteria yang ditentukan.

Terpisah, Pimpinan perusahaan WMK Solok Selatan, Projeck Manager  Miko saat dikonfirmasi sejumlah Media dikediamanya Bariang Rao- rao dua hari lalu membenarkan hal ini, namun pihaknya membantah pekerjaan saat ini bukan terlantar, justru terkendala beberapa permasalahan diantaranya musim penghujan, memasuki lebaran dan kasus covid.

Terkait masalah bahan seperti kayu, papan semula memang ada perusahaan yang memiliki izin pengolahan kayu, perusahaan dari Kabupaten Sijunjung, namun, setelah berjalan beberapa hari kayu itu sulit untuk didapat dan sesuai dengan aturan jika dilokasi pekerjaan ada perusahaan yang bisa mengelolah kayu boleh diserahkan pada mereka, yang kami hanya sebagai pembeli,"  katanya.

Dua hari yang lalu, bahan seperti kayu itu sudah mulai datang begitu juga atap seng juga sudah didatangkan dari  Pakan Baru, kenapa atap seng ini kami datangkan dari luar Sumbar karena pihak perusahaan hanya boleh membeli dari satu pabrik yang bahanya sesuai spek jenis seng kode 03 dan di Sumbar tidak ada yang menjual seng jenis 03 tersebut.

Kemudian juga ada permasalahan pemasangan batu candi ( Lanscape) disekitar jalan masuk dan  pekarangan di depan rumah gadang bukan tidak sesuai spek, itulah yang terbaik, setelah selesai pemasangan batu itu nanti disela sela yang kosong akan diberi rumput jepang, sehingga nanti antara batu ke batu akan disatukan oleh rumput yang di tanam.

Miko juga mengakui ada jorong yang menolak pemasangan batu untuk jalan masuk kelokasi rumah gadang, kami juga membuat surat pernyataan penolakan.

Diperkirakan pekerjaan sejak awal mulai dari revitalusasi, pembangunan tower dan kios sudah mencapai lebih kurang 50 persen.Ditambahkan Miko perusahaan kami juga banyak memakai pekerja setempat, bahkan revitalisasi rumah gadangpun ditunjuk tukang tuonya itupun orang asli Koto Baru.

Hanya saja dalam hal ini kami, masih dalam masa pekerjaan belum sampai batas waktu yang ditentukan, tentu diakui pekerjaan ini belum sesuai keinginan dan rencana awal, penyebabnya ya itu tadi banyak kondisi dan situasi yang menjadi penghalang.

Pekerjaan ini  dalam jangka waktu satu tahun dan akan berakhir pada bulan Nopember 2020 nanti.

Miko menguraikan jenis pekerjaan yang dibiayai dana APBN untuk revitalisasi dan sebagainya, rumah gadang 33 unit,di kawasan (utara, selatan, barat, timur) item ini berada di kawasan rumah gadang. Item pekerjannya pengerasan jalan, drainase, lanscape dll.

Lalu gedung informasi dan gedung souvenir (struktur baja) dengan atap khas rumah gadang, panggung,  toilet umum, kios, menara pandang (8 lt) struktur beton dan baja, MEP kawasan, semua ini sudah mendekati 50 persen.

"Namun jika sudah habis masa kerja, lalu pekerjaan tidak selesai, silahkan warga dan pemilik protes kepada kami," harap Miko.
 
Top