JA.com, JAKARTA - BNPB mengimbau semua pihak, khususnya masyarakat, untuk turut menjaga alat peringatan dini tsunami. Hal tersebut mengingat beberapa waktu lalu vandalisme terjadi terhadap alat IDSL yang terpasang di sekitar Pulau Sebesi, Lampung.

Perusakan dilakukan pada kabel aki pada Oktober lalu. Meskipun saat itu kabel terpotong, alat masih dapat berfungsi karena menggunakan solar panel. Dapat dibayangkan apabila ada oknum yang sengaja merusak atau mengambil komponen alat ini sehingga tidak mampu lagi hidup dan memberikan sinyal peringatan dini. Oleh karena itu, semua pihak didorong BNPB untuk turut mengawasi dan menjaga peralatan yang sangat vital dalam peringatan dini terhadap potensi bahaya tsunami. Saat ini, peralatan tersebut telah diperbaiki dan berjalan normal kembali.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Uni Eropa (JRC-EC) yang mengembangkan peralatan ini merekomendasikan ada pihak penjaga IDSL yang telah terpasang. Ini dimaksudkan KKP untuk mengantisipasi adanya tindakan vandalisme ke depan. KKP sudah mengontak Perangkat Desa Sebesi untuk menjaga dan merawat alat tersebut.

IDSL atau Inexpensive Device for Sea Level Measurement (IDSL) merupakan alat peringatan dini tsunami yang dikembangkan untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami di Indonesia. Saat ini, IDSL yang masih dalam kerangka penelitian telah terpasang di empat tempat, yaitu Marina Jambu-Banten, Pulau Sebesi - Lampung, Pangandaran dan Pelabuhan Sadeng, DIY.


Data IDSL dapat diakses secara gratis di website JRC-EC dan telah dimasukkan ke sistem BMKG sebagai salah satu alat Peringatan Dini Tsunami Non-tektonik. Selain BMKG, otoritas Australia, Bureau of Meteorology (BOM) juga telah memanfaatkan sistem IDSL Indonesia.

Pemilihan IDSL sebagai salah satu alat peringatan dini tsunami karena perangkat ini murah dan mudah dipasang. IDSL juga mampu untuk mengirimkan transmisi data dan kerapatan data, termasuk tangkapan kamera video secara cepat. Alat ini mampu mengirimkan data dengan interval data setiap 5 detik, sedangkan transmisi kurang dari 20 detik. Namun, kecepatan sinyal GSM akan berpengaruh pada kecepatan tersebut. Selain itu, pengadaan alat ini bisa memanfaatkan sistem yang sudah ada, komponen di pasaran dan biaya pulsa relatif murah, sebesar Rp 60 ribu per bulan.

Per Oktober 2019, IDSL yang telah terpasang berada di 4 lokasi, yaitu Sebesi, Marina Jambu, Pangandaran (Jawa Barat) dan Pelabuhan Sadeng (DI Yogyakarta). Di samping lokasi tersebut, Pusat Riset Kelautan - KKP berencana untuk memasang 4 tambahan IDSL yang berlokasi di Sumatera Barat, kompleks Gunung Anak Krakatau dan Lombok. Dua alat yang rencananya dialokasikan di Sumatera Barat akan ditempatkan KKP di Teluk Bungus dan Mentawai.

Kedepan, sistem IDSL ini juga akan diterapkan untuk jaringan pasang surut (pasut) BIG, sehingga jaringan pasut BIG mampu dimanfaatkan untuk peringatan dini tsunami. September lalu, Pusat Riset Kelautan – KKP dan Pusat Penelitian Promosi dan Kerjasama – BIG telah menandatangani kerja sama terkait upaya peningkatan kemampuan jaringan pasut BIG sebagai alat peringatan dini tsunami.

BNPB dan semua pihak berharap IDSL dapat bermanfaat dan mendukung sistem peringatan dini tsunami lain yang telah terpasang. Tentu, pada ujungnya masyarakat mampu terselamatkan secara cepat dari ancaman bahaya. Oleh karena itu, BNPB berharap semua pihak, khususnya masyarakat, untuk mengawasi dan memonitor peralatan yang telah dipasang di lapangan.

Informasi lebih lanjut bisa menghubungi Peneliti Pusat Riset Kelautan KKP Dr. Ing. Semeidi Husrin, M.Sc. di nomor kontak 082122748899.(hms).
 
Top