JA.com, Pasaman Barat (Sumatra Barat)--Rewangan tradisi masyarakat jawa yang membantu saudara atau tetangga yang mempunyai acara pesta baik itu pernikahan dan khitanan, yang biasanya dilaksanakan didaerah perdesaan tetap diperkotaan pun masih ada yang melaksanakannya walaupun sudah mengalami pergeseran makna.

Rewangan asal katanya Rewang atau membantu  menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan pernikahan atau hajatan lainnya. Adalah hal sederhana yang banyak manfaatnya, banyak membantu pihak lain. Tak hanya membantu tenaga mempercepat urusan memasak, tetapi rewangan juga menjadi suport untuk keluarga yang punya hajatan sehingga lebih siap dan mantap saat Hari H tiba.

Tanpa diminta, biasanya para tetangga akan berdatangan saat ada tetangga yang mempunyai hajatan. Serba gratis, tenaga yang disumbangkan tidak membutuhkan imbalan jasa uang, hanya cukup dengan hantaran makanan. Karena biasanya para ibu yang rewang dari pagi sampai malam berlangsung berhari-hari dan tidak sempat memasak di rumah sehingga oleh yang punya hajatan di kirimkan makanan untuk keluarga di rumah.

Sesepuh Etnis Jawa di Desa Baru, Kecamatan Ranah Batahan Mulyani (47) mengatakan, tradisi Rewangan masih melekat erat pada masyarakat yang tinggal didaerahnya. Asalkan ada hajatan, tradisi Rewangan tersebut, langsung kental berbaur dengan masyarakat.

"Benar, tradisi Rewangan tetap kami jaga seutuhnya, mudah-mudahan kelak sampai kegenerasi seterusnya. Menurut Saya, tradisi ini mesti langgeng, karena sangat membantu yang punya hajatan," kata Mulyani Sabtu (21/5/2022) di Jorong Sukorejo, Nagari Desa Baru, Kecamatan Ranah Batahan.

Menurut Mulyani, persiapan sebelum hari H memakan waktu 3 hari. Hari pertama goro bikin Taratak alias tenda, lalu hari ke 2 Nonjok alias yang punya hajatan mengantar makan untuk orang-orang yang di hormati, semisal Abangnya, kepqla jorong, walinagari, babinsa, bhabinkhamtibmas, dll.

"Hari ke 3 adalah hari H dengan menampilkan acara layar tancap wayang kulit, orgen tunggal dan ketinggalan pertunjukkan Kuda Kepang. Nah, disini warga tumpah ruah menyaksikannya," jelasnya.

Lebih lanjut, usai hajatan masyarakat juga gotongroyong membongkar tenda dan segala peralatan pesta. Sehingga tuan rumah benar-benar tertolong. Yang jelas, diundang tak diundang, warga akan melakukan goro untuk itu.

Sebelumnya terang Mulyani, semua warga laki-laki diwajibkan menyumbang Rp 50 Ribu, namanya uang pangkal. Tidak itu saja, bagi kaum perempuan diwajibkan pula membawa gula 1 Kg, Beras 3 Liter, Bihun 1 bungkus dan ayam bagi keluarga dekatnya.

Pantauan jurnalandalas.com menyebutkan, disaat pertunjukkan Kuda Kepang, banyak juga tetangga yang mengungsi. Pasalnya, mereka takut kesurupan.

"Saya sengaja mengungsi dulu, karena beberapa kali pertunjukkan Kuda Kepang sering kesurupan. Besok usai acara itu Saya balik lagi kesini," kata Jumiah (45) yang mengaku mrngungsi ketempat saudaranya di Simpangempat Pasaman Barat. (WZ/MG)





 
Top