JA.com. Payakumbuh (Sumatera Barat)--Perhelatan Payakumbuh Alek Silek yang dilangsungkan tanggal 12-13 November 2018 kemarin, menjadi inspirasi bagi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar, Riau dan Kepri untuk mempatenkan tradisi beladiri Minangkabau ini di seluruh dunia. Rencananya, silek akan diajukan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia tahun 2019 mendatang, seperti halnya Kapal Pinisi asal Suku Bugis, Makasar yang diakui PBB sebagai warisan dunia tahun 2017.

Inspirasi itu berawal dari kekaguman Kepala BPCB Sumbar, Riau dan Kepri, Nurmathias yang menghadiri langsung acara Payakumbuh Alek Silek tersebut. Ia melihat bagaimana karakteriatik dan filosofi asli silek yang dipaparkan oleh para Pandeka (Pendekar-red) silek. Ia juga takjub dengan arti silek sesungguhnya yang menjadi pandangan hidup orang minang baik dari sisi beladiri, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengasah pengetahuan.

"Ini yang selama ini kami cari. Bagaimana arti Silek itu sesungguhnya. Para pendeka yang meramaikan Payakumbuh Alek Silek ini yang berasal dari Malaysia, pelosok Nusantara dan Sumbar mampu menguak kembali apa itu silek baik dari sisi gerakan, pemahaman dan kepribadian," kata Nurmathias dalam konferensi pers penutupan Payakumbuh Alek Silek di rumah dinas Walikota Payakumbuh, Selasa (13/11/2018).

Nurmathias mengaku sudah mendokumentasikan alek tradisional itu secara digital dan laporan tertulis untuk disampaikan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Ia juga mengaku berencana segera mengajukan silek ini sebagai budaya lokal Indonesia untuk diakui sebagai warisan dunia oleh PBB melalui Kemendikbud.

"Akan saya usulkan sesegera mungkin ke Kemendikbud. Semua bahan sudah lengkap dan tinggal membuat laporannya," kata Nurmathias.

Ia berharap, pengajuan akan dilakukan akhir tahun 2018 ini dan diperkirakan akan dibahas pemerintah pusat awal tahun 2019. Selanjutnya pada pertengahan 2019 akan diajukan ke UNESCO.

"Semoga prosesnya lancar agar silek bisa menjadi warisan budaya dunia. Mohon doa dan dukungan dari seluruh masyarakat Minang, khususnya Payakumbuh, termasuk para pandeka silek seluruh Nusantara ini," papar Nurmathias.

Pada bagian lain Ketua Panitia Payakumbuh Alek Silek, Rothman Silitonga mengaku senang Payakumbuh Alek Silek menjadi referensi dan gerbang untuk dijadikan warisan budaya dunia. Hal ini butuh dukungan dari seluruh masyarakat Minangkabau untuk mengembalikan tradisi basilek di Rumah Gadang.

"Dulu, anak muda belajar di surau (mushalla-red) dan rumah gadang. Di Surau mereka Basilek Pikiran dan keimanan, di Rumah Gadang Basilek kejantanan. Inilah tradisi yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat minangkabau saat ini. Khususnya generasi muda," kata Rothman.

Untuk memperjuangkan langkah BPCB ini, Rothman meminta tradisi ini dikembalikan lagi.

"Mari galakkan kembali tradisi kembali ke surau dan rumah gadang. Jangan terlena dengan modernisme yang akan menggerus nilai-nilai Budaya minang itu sendiri. Ini sama saja membunuh identitas kita sebagai orang minang. Mari sama-sama kembali ke tradisi lokal," ujarnya. (rel/gun)
 
Top