JA.com, Tanah Datar (Sumatra Barat)--Wakil Bupati Tanah Datar, Richi Aprian, SH. MH sambut kunjungan tim Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand). Kedatangan tim itu, dalam rangka penjajakan untuk menjalin kerjasama, Kamis (28/10/2021), kemarin  di aula Eksekutif Kantor Bupati.

Sekedar diketahui, hampir 60% masyarakat di Tanah Datar menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Untuk itu pemerintah daerah sepakat mencari solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengupayakan peningkatan produk pertanian dan mengurangi biaya produksi dengan mencetuskan program biaya bajak sawah gratis.

Turut hadir dalam tim, Dewan Kantor (Dekan) Fakultas Pertanian Unand, Dr. Ir. Indra Dwipa, MS, Dosen Pertanian, Prof. Dr. Ir. Irfan Suliansyah, MS, Kepala Dinas Pertanian Tanah Datar, Ir. Yulfiardi, Kepala Bagian Pemerintahan, Abdurrahman Hadi, S. STP, M,M dan tamu undangan lainnya.

Wabup Richi menyampaikan, saat ini di Tanah Datar masih ada beberapa masalah dibidang pertanian, diantaranya penggunaan pestisida yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas tanah, kemudian perlu mengembalikan bibit dan varietas lokal yang ada.

“Tentunya kami sangat butuh bimbingan dari Fakultas Pertanian Unand dengan bentuk jalinan kerjasama yang tertuang dalam rencana kerja, dimana ke depan kita harapkan akan menghasilkan produk lokal yang bisa diangkat menjadi varietas unggul," ujarnya.

Kemudian diakhir penyampaiannya, Wabup Richi Aprian mengucapkan terima kasih atas rencana kerjasama dengan Fakultas Pertanian Unand.

"Semoga rencana ini berjalan lancar, tidak hanya menguntungkan pihak Pemda tetapi juga menyelesaikan permasalahan pertanian yang ada di masyarakat. Karena yang direncanakan Fakultas Pertanian Unand sesuai dengan apa yang kami harapkan," kata Richi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar, Yulfiardi berharap dengan adanya kerjasama ini, akan menghasilkan varietas padi unggul nasional seperti cisokan dan sijunjuang.

“Dengan penerapan teknologi, produksi padi yang menurun pada 5,2 ton per hektar, bisa meningkat lagi mencapai 7 atau 8 ton per hektar dengan indeks panen juga meningkat 3 atau 4 kali pertahun, pada saat ini indeks panen hanya 2,7 pertahun,” ujarnya.

Yulfiardi juga menyampaikan permasalahan efisiensi tanam sayuran yang rendah. “Permasalahan efisiensi rendah karena banyak petani yang menggunakan pupuk kimia dan pestisida berlebihan, maka diperlukan peran teknologi untuk meningkatkan efisiensi tanam sayur," katanya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian, Indra Dwipa menyampaikan kesiapannya mandampingi dan membantu mengatasi masalah-masalah pertanian yang ada di Tanah Datar.

"Kami siap membantu pengembangan pertanian ke depan, baik dalam hal teknis operasional di lapangan maupun dalam menentukan kebijakan-kebijakan tertentu yang berkaitan dengan pengembangan pertanian,” katanya.

Dipenghujung, hal yang harus dilakukan untuk mencapai target panen 3 sampai 4 kali per tahun adalah mengidentifikasi permasalahan, kemudian menindaklanjuti dalam penyelesaian masalah.

“Kalau untuk mencapai target peningkatan jumlah panen, langkah yang harus dilakukan adalah menyiapkan pembenihan, pengadaan sarana dan prasarana seperti distribusi pengairan,  teknologi pertanian, sampai ketersediaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia,” simpul Indra. (MG)
 
Top