Laporan dari : Hadril Walid
Wartawan JA.com Sarolangun - Jambi

JA.com, SAROLANGUN (JAMBI) – Tutupan hutan di Sarolangun terus tergerus oleh okupasi pembukaan lahan di kawasan hutan, baik itu dari masyarakat mapun pihak perusahaan. Banyak mereka berdalih hutan tersebut merupakan wilayah adat yang diwariskan nenek moyangnya sedangkan pihak perusahaan berdalih telah mendapatkan izin dari pemerintah.

"Sebagian lagi ada perusahaan yang melebihi batas, tapi sudah dikembalikan ke negara,"kata Budikus, Kepala KPH Hilir Sarolangun, Rabu (03/01/2018).

Ia mengakui akibat okupasi dan perusahaan yang mendapatkan izin HTI dari pemerintah, membuat luas kawasan hutan di Sarolangun lebih dari 30 persen, tidak semua tutupannya berupa pohon-pohon tinggi yang tumbuh lebat. Banyak tutupan hutan yang berganti jadi kebun karet dan sawit oleh para toke dan perusahaan.

Budikus menyebut masalah okupasi hampir terjadi di semua wilayah pengawasannya, yang mencakup Kecamatan Air Hitam, Pauh, Mandiangin, Sarolangun, Pelawan dan sebagian Singkut. Katanya, titik-titik rawan okupasi di kawasan hutan di wilayah hilir dimulai dari daerah Lubuk Sepuh, Ladang Panjang, serta sebagian wilayah Air Hitam. Namun, wilayah yang paling rawan okupasi ada di Pauh dah juga Mandiangin.

Masyarakat banyak beralasan jika kawasan hutan negara di daerahnya merupakan kawasan jelajah nenek moyangnya dulu. "Alasan mereka rata-rata sejarah nenek moyang yang berkenan sampai ke dalam (hutan)," katanya.

Akan tetapi untuk meminimalisir terjadinya konflik, dan sesuai nawacita presiden yang mencanangkan 12,7 juta hektare kawasan hutan untuk masyarakat, pihaknya memfasilitasi masyarakat yang terlanjur membuka kawasan hutan untuk menjadikan sebagai kawasan perumahan sosial.

"Tapi yang tidak terlanjur juga tidak ada bagi-bagi lahan," tutupnya.

Jika okupasi pada    hutan terus berlangsung maka akan timbul dampak buruk terhadap hutan itu sendiri. Apabila lahan hutan rusak maka lingkungan hidup juga akan mengalami gangguan bahkan kerusakan. Gangguan atau kerusakan tersebut berupa terganggunya siklus air, hilangnya beberapa jenis spesies bahkan dapat menyebabkan perubahan iklim.
 
Top