JA.com, Jakarta--Kementerian Perindustrian mendapatkan apresiasi dari para peserta pelatihan pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) yang tergabung dalam program Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST). Kegiatan yang berlangsung selama 18-30 Juli 2018 di Jakarta dan Bandung ini mengusung tema “Capacity Building Program on Enhancing the Development of Small and Medium Industry” dan diikuti sebanyak 20 peserta dari negara-negara anggota Colombo Plan.

“Mereka antara lain berasal dari Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India, Laos, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, dan Indonesia, yang memiliki latar belakang aparatur pemerintah dan pengusaha IKM,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin (30/7/2018).

Menurut Gati, seluruh peserta sangat antusias mengikuti materi pembelajaran dan praktik tentang pengembangan IKM di Indonesia. “Mereka juga melhat langsung kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D) yang dilakukan oleh lima Balai Besar milik Kemenperin di Bandung,” ungkapnya.

Kelima unit pelayanan teknis (UPT) di lingkungan Kemenperin tersebut, yaitu Balai Besar Tekstil (BBT), Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM), Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK), Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T), serta Balai Besar Keramik (BBK). Para peserta sempat mempraktikkan mesin CNC buatan BBLM. Kemudian, melihat proses daur ulang kemasan aseptik di BBPK.

“Selain itu, di B4T, mereka diperkenalkan tentang pengembangan baterai lithium ion dan proses layanan dengan menggunakan prinsip IoT. Mereka juga diajak mini workshop membuat hiasan keramik di BBK,” sebut Gati.

Tak hanya mengenai R&D, para peserta diajak mengunjungi ke beberapa IKM unggulan di kota Bandung seperti Batik Komar, Bandrek Hanjuang, Matoa Indonesia dan Elina Keramik. Bahkan, lanjut Gati, untuk memperlihatkan kemajuan Indonesia dalam bidang kedirgantaraan, peserta meninjau proses produksi di PT Dirgantara Indonesia.

“Kami juga ajak mereka melihat pengembangan startup inkubator di Bandung Techno Park. Selain itu, para peserta pun diperkenalkan dengan sejarah dan budaya Jawa Barat dengan mengunjungi Museum Konferensi Asia Afrika dan Saung Angklung Udjo,” paparnya.

Bishnu Sharma Prasad, pengusaha IKM telematika Dumba 3D Works asal Bhutan mengaku medapatkan pengalaman yang sangat berharga yang bisa diterapkan di negaranya. “Saya sangat terkesima dengan R&D yang ada di BBPK, mereka mampu berinovasi dengan mendaur ulang kemasan aseptik,” ujarnya.

Menurut Prasad, melihat hasil riset tersebut merupakan pengalaman baru baginya. Dia juga mengaku tertarik tentang pengembangan inkubator IKM yang ada di Bandung Techno Park. “Itu hal yang luar biasa bagi saya dan saya akan coba terapkan di Bhutan,” jelasnya.

Sementara itu, MD. Olliulah yang mewakili dari Kementerian Perindustrian Bangladesh mengatakan, Indonesia dan Bangladesh memiliki tantangan yang hampir sama seperti populasi tinggi, khususnya pada IKM. “Makanya, kami harus mengembangkan dari yang sudah didapat dari program pelatihan ini, khususnya dalam penggunaan teknologi di industri terutama yang berbasis produk lokal,” jelasnya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara merasa senang terhadap antusias para peserta yang telah mengunjungi lima UPT di bawah BPPI yang berlokasi di Bandung. “Semoga kegiatan ini terus berlanjut untuk semakin memperkuat kerja sama di antara negara-negara Colombo Plan terutama mengenai pengembangan sektor IKM,” tuturnya.

Di BBT, menurut Ngakan, para peserta mendapat pembelajaran tentang pengembangan produk tekstil melalui peningkatan kualitas, desain, metode dan teknik, serta pengoptimalan bahan baku lokal. “Kami juga telah ajarkan satu teknik tradisional,yakni teknik jumputan,” ujarnya.

Jumputan merupakan teknik eksplorasi motif kain yang dihasilkan dari teknik rintang warna yang beragam seperti serutan, jahitan, lipatan, dan ikatan. Produk yang dihasilkan bersifat unik karena motif yang dihasilkan tidak akan ada yang dapat berulang.

“Meskipun teknik ini bukan teknik baru dan hampir semua negara memiliki teknik yang serupa, namun jumputan memiliki kekhasan budaya lokal Indonesia sehingga diharapkan peserta workshop yang berasal dari multinegara ini dapat merasakan pengalaman baru baik dari metode dan produk akhir yang dihasilkan,” papar Ngakan.

Setelah melakukan kunjungan ke fasilitas Laboratorium Pengujian Tekstil, peserta memulai workshop jumputan di gedung Product Development and Design Center (PDDC) sertashowroom hasil litbang BBT.

Jayalath Kelantotuwage Owitage, peserta dari Srilanka menyampaikan apresiasi kepada BBT yang telah menciptakan inovasi-inovasi berupa mesin dan peralatan proses tekstil yang mampu meningkatkan metode tradisional menjadi lebih modern. “Kami berharap, setelah adanya kegiatan ini, dapat membuka kerjasama lintas negara khususnya untuk pengembangan mesin dan peralatan proses tekstil yang dapat digunakan IKM tekstil di negara kami atau anggota Colombo Plan,” ungkapnya.
 
Top