JA.com, SOLSEL -- Jembatan gantung yang putus dua bulan lalu (10/5) di sungai Batang Sangir Nagari Padang Limau Sundai, Kecamatan Sangir Jujuan, Solok Selatan (Solsel) akibat truk pengangkut sawit melebihi kapasitas, bakal dibangun kembali pada 2019 yang diusulkan dengan anggaran Rp20 miliar.

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Jembatan Dinas PU Tata Ruang dan Pertanahan Solsel , Safriandi mengatakan dikarenakan anggaran untuk pembangunan jembatan itu tidak tersedia tahun ini, sehingga diusulkan pada 2019 sebesar Rp20 miliar dengan struktur jembatan rangka atau jembatan permanen.

Untuk tahun ini, imbuhnya telah dilakukan pembongkaran puing-puing jembatan gantung itu dan dikumpulkan sesuai dana perawatan rutin jembatan yang tersedia. "Untuk mengumpulkan dan mengangkat material jembatan yang putus itu telah habis sekitar Rp60 juta dari dana rutin perawatan jembatan yang hanya berjumlah Rp250 juta pada tahun ini. Sementara, untuk perawatan rutin lainnya juga sudah terpakai" tuturnya.

Proses pembongkaran jembatan itu, sampai saat ini, imbuhnya telah dibongkar lantai plat besi jembatan dan tonggak baja jembatan. "Sekarang tinggal mengangkat material jembatan gantung itu yang memiliki total berat sekitar 10 ton. Dicoba mengangkut dengan alat berat tidak bisa, solusinya terpaksa dikeping atau dipisahkan dengan memotong tiap bagian," katanya.

Safriandi mengatakan, sebagai akses masyarakat di nagari Padang Limau Sundai, menyeberangi sungai Batang Sangir, sementara menggunakan jembatan gantung lama yang bisa dilewati kendaraan roda dua. "Masyarakat telah gotong royong secara swadaya melakukan penggantian lantai kayu jembatan. Tidak kita anggarkan karena sesuai instruksi pimpinan harus optimalkan anggaran untuk jembatan yang putus," ucapnya pekan lalu.

Terpisah, Wali Nagari Padang Limau Sundai, Ali Musar mengatakan, disebabkan jembatan gantung belum bisa digunakan,untuk akses keluar dari nagari masyarakat memanfaatkan jembatan gantung lama yang berada disampingnya. "Sementara untuk mengangkut komoditas pertanian dan akses ekonomi lainnya, masyarakat harus melewati jorong Padang Ganting yang berjarak sekitar 1 kilometer dari jembatan gantung yang putus itu," ucapnya.

Akibatnya, dari sisi ekonomi masyarakat tentu biaya transportasi bertambah karena melewati jorong Padang Gantiang. Jembatan gantung itu, kata Ali Musar dimanfaatkan oleh masyarakat di satu nagari dari empat jorong sebagai akses penghubung ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sarana transportasi mengangkat komoditas pertanian. "Harapan kami, jembatan gantung yang putus itu segera dibangun kembali supaya ekonomi masyarakat lancar," katanya.

Menurutnya, penyebab putusnya jembatan dikarenakan satu unit truk mengangkut buah sawit melebihi kapasitas. "Biasanya, hanya menggunakan mobil pickup L300 tapi saat itu disisi lebih dari 4 ton sehingga menyebabkan jembatan putus. Sawit itu dibeli dari masyarakat," katanya.(fys)

 
Top