Laporan dari: Hadril Walid
Wartawan JA.com Sarolangun - Jambi

JA.com, Sarolangun (Jambi) - Tradisi "Melangun" atau yang lebih dikenal dengan bahasa kita Berpindah-pindah tempat tinggal yang biasa dilakukan oleh Orang Rimba atau lebih di kenal dengan sebutan Suku Anak Dalam (SAD) saat ini masih terus dilakukan.

Namun, tradisi "Melangun" dengan mendirikan pondok beratap terpal yang mereka sebut "Sesudung" yang sudah dilakukan turun-temurun dari zaman nenek moyang mereka, bisa saja tidak di lakukannya lagi.

Apakah benar itu?

Dari keterangan Depati kelompok (SAD) Malayau Tuah, Desa Jernih, Kecamatan Air Hitam yang bernama Nkan.
Dia mengatakan, teradisi tersebut masih dilakukan karena belum mempunyai tempat tinggal yang permanen.

" Yang berpindah-pindah itu karena tempatnyo belum ado, mungkin kalau lah ado tempatnyo dak pindah-pindah lagi," terangnya kepada jurnalandalas.com ditempat mereka bersesudung diwilayah Desa Jernih, Kecematan Air Hitam beberpa waktu lalu.

Karena belum ada tanah yang jelas dan tempat yang permanen, maka dari itu mereka masih saja membuat Podok dikebun warga Desa, dia menjelaskan kelompoknya selalu di usir oleh warga pemilik kebun tersebut.

" Ada yang tengah malam ngusir, yo Kami pindahlah malam tu,  ado jugo pagi, kami pindah pulo pagi tu, macam tulah terus,"jelasnya.

Dia mengatakan, saat ini kelompoknya merasa keberadaan terancam, sedangkan Taman Bukit Dua Belas di gumbar-gumbarkan punya karakter khusus ada orang rimba didalamnya, maka dari itu mereka meminta kejelasan dimana tanah yang pasti tempat mereka mendirikan rumah.

" kami menginginkan kepado petinggi-petinggi tanah yang permanen dan Kami dag mitak di tepi kampung, Pokoknyo di wilayah Taman Bukit Dua Belas ini, biar kami bisa negak pondok dag terusir lagi," ujarnya.

Sementara itu Jenang SAD Jalalludin di konfiirmasi mengatakan, " Adapun kelompok yang belum ada rumah dan masih biasa berpindah-pindah, Kelompok Telentam, Kelompok Pematan dan Setang dan kelompok Jenih," katanya

Menaggapi hal itu Camat Air Hitam Suryadi di temuai di kediamannya mengatakanya, upaya pemerintah sudah ada, cuman diakuinya karena keterbatasan anggaran membuat sebagian Kelompok SAD mendapakan Bantuan dari pemeritah.

"Untuk beberapa kelompok upaya pemerintah sudah dilakukan namun diakuilah keterbatasan anggaran membuat semua dari tujuh temenggung hanya beberapa tumenggung yang sudah merasakan Bantuan Pemerintah,"akunya

Dia mejelasakan, kelompok Temenggung yang sudah mendapat bantuan dari Pemerintah berupa Rumah dan Jatah Hidup (Jadup) iyalah "Temenggung Grib, Temenggung Nangkui dan Temenggung Bepayung"

" Sedangkan kelompok yang ada yang ada di Telentam, Kelompok Telentik dan kelompok Jernih ini yang belum mendapatkan rumah cuma sudah mendapatkan jatah hidup," jelas Camat Muda yang begitu Ramah ini.

Darinya mengungkapkan, saat ini Pemerintah kecamatan sudah membentuk forum Gerakan Peduli Pemberdayaan Suku Anak Dalam (FGPP, SAD), yang di isi camat sebagai ketua beserta sebagian masyarakat dan keanggotaannya sebagian besar dari kelompok SAD.

Menurutnya, selama ini ada kekeliruan dari pemerdayaan bagi mereka, untuk kali ini kita buat pemberdayaan sesuai versi mereka.

"Dengan adanya forum ini kami ingin menampung apa yang di inginkan oleh Kelompok SAD ini,"Tutupnya.
 
Top