JA.com, Jakarta--Kementerian Perindustrian gencar memacu produktivitas dan daya saing industri kecil dan menengah (IKM) nasional. Sektor yang menjadi mayoritas dari populasi industri di Indonesia ini berperan penting menopang perekonomian nasional.

“Banyak IKM kita yang memiliki potensi unggul sehingga bisa kompetitif di kancah internasional. Salah satunya IKM di Yogyakarta yang mampu menunjukkan kinerja gemilang,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa (12/6/2018).

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIY, produksi industri mikro kecil (IMK) di wilayah tersebut pada triwulan IV tahun 2017 terhadap periode yang sama di tahun sebelumnya (y-on-y) tercatat tumbuh positif hingga 17,28 persen. Capaian ini melampaui angka pertumbuhan di tingkat nasional sebesar 4,59 persen.

Gati menyampaikan, pelaku IKM saat ini perlu memanfaatkan perkembangan teknologi dalam upaya mendukung produksi dan promosinya. Untuk itu, Kemenperin telah memfasilitasi kebutuhan tersebut melalui program e-Smart IKM.

“Program e-Smart IKM yang digagas oleh Kemenperin ini merupakan sistem berbasis data yang meliputi sentra dan produk IKM yang tersaji secara terintegrasi dengan marketplace lokal,” jelasnya. Dalam implementasinya, Kemenperin telah bekerja sama dengan Bukalapak, Blanja, Tokopedia, Blibli, dan Shopee.

Melalui e-Smart IKM, Gati berharap, dapat mempermudah dan memperluas akses pasar IKM melalui pemasaran online. Selain itu mampu meningkatkan keunggulan IKM di kancah domestik dan global karena memperoleh ketersediaan bahan baku, teknologi dan modal.

“Apalagi, Indonesia sedang memasuki era revolusi industri 4.0, di mana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya dalam proses produksi untuk mencapai efisiensi dan kualitas yang maksimal,” paparnya.

Salah satu peserta workshop e-Smart IKM yang dinilai cukup sukses karena telah memanfaatkan fasilitas platform digital, yaitu CV. General PLC Service yang dimiliki oleh Sulaiman, warga Yogyakarta yang usahanya memproduksi alat timbang digital dengan merek “Dhuto”.

“Timbangan Dhuto memiliki dua jenis inovasi, yakni alat penimbang darah dan timbangan gantung digital alat berat,” ungkap Gati. Beberapa produk lainnya yaitu timbangan digital crane scale (DCS), telecontrol, timbangan darah, dan alat elektronik pabrik. Dhuto telah dipasarkan di pulau Jawa hingga Kalimatan Timur dengan nilai transaksi mencapai Rp200 juta per tahun.

Gati menjelaskan,worskhop e-Smart IKM yang dilaksanakan selama dua hari, para peserta dapat belajar berbisnis melalui sarana e-commerce dan juga mendapatkan sosialisasi program-program Kemenperin seperti restrukturisasi mesin peralatan dan SNI.

“Selain itu, diberikan materi tentang strategi pemasaran online dan pengembangan produk seperti desain, kualitas dan teknologi. Bahkan diperkenalkan juga aplikasi pencatatan keuangan,” imbuhnya.
 
Top