JA.com, Jerman--Kemenperin mencatat, sepanjang 2010-2015, nilai keseluruhan investasi Jerman di Indonesia mencapai USD552 juta dengan 547 proyek yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 38.382 orang.

Sedangkan, pada 2017, nilai investasi Jerman di Indonesia untuk sektor manufaktur sebesar USD79,3 juta dengan total 108 proyek, naik dibanding capaian investasi tahun sebelumnya sebesar USD58,5 juta dengan 59 proyek. Proyek investasi Jerman tersebut didominasi oleh sektor industri baja dan mesin, kimia dan farmasi, serta otomotif.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong perusahaan manufaktur besar yang berasal dari Jerman, Siemens AG untuk terus meningkatkan investasi di Indonesia dan kemitraannya dengan industri dalam negeri.

Siemens AG telah bergerak di sektor industri teknik listrik, elektronik, peralatan energi, transportasi, telekomunikasi, teknologi informasi, lampu, dan peralatan medis.

“Kami juga meminta mereka agar semakin memperkuat kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan vokasi. Upaya ini sekaligus untuk memantapkan implementasi industri 4.0 di Tanah Air,” kata Menperin seusai melakukan pertemuan dengan Board of Managing Directors (BOD) Siemens AG Cedrik Neike di Berlin, Jerman, Kamis (3/5) waktu setempat.

Menurut Menperin, di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, pemerintah telah menetapkan industri elektronik sebagai salah satu dari lima sektor prioritas yang akan menjadi percontohan pada penerapan teknologi industri generasi keempat. “Kita perlu belajar juga dengan Siemens, yang mempunyai pusat vokasi terbesar dan terbaik. Selain itu sudah melakukan pelatihan di lebih 20 negara di dunia,” ujarnya.

Pengembangan industri elektronik di Indonesia ke depan, akan diarahkan agar menjadi manufaktur yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, termasuk komponen. Hal ini guna mengurangi bahan baku impor dan melibatkan dalam rantai pasokan global. “Maka itu, diperlukan tenaga kerja yang kompeten, pemberian insentif, serta mendorong inovasi lanjutan dan mempercepat transfer teknologi,” tuturnya.

Dalam upaya mengakselerasi implemetasi industri 4.0, dari 10 langkah prioritas nasional, salah satunya yang perlu disiapkan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). “Caranya antara lain melalui reskilling dengan berbagai pelatihan vokasi sesuai kebutuhan industri saat ini,” imbuh Airlangga.

Tahun lalu, Siemens telah menandatangani MoU dengan PT PLN (Persero) untuk memacu kapasitas SDM di Indonesia melalui program vocational training (pelatihan kejuruan). Program ini dijadikan pilot project untuk mencetak tenaga kerja yang siap pakai di sekor industri ketenagalistrikan.

Airlangga menambahkan, Jerman merupakan kiblatnya industri 4.0. Karena itu, untuk memantapkan revolusi industri keempat di Tanah Air, Indonesia perlu banyak belajar dari Jerman terutama mengenai pelatihan SDM industri. “Di belakang robot tetap ada tenaga kerja, sehingga dibutuhkan training dan reskilling khususnya bagi para generasi muda untuk menghadapi industri 4.0 ini,” tegasnya.

Menurut Menperin, revolusi industri 4.0 ini bukan untuk menggantikan tenaga kerja, tetapi pergantian pekerjaan. “Contohnya, yang terjadi di Tanah Air, pada era digital ini bermunculan jasa transportasi berbasis online seperti Go-Jek dan Grab. Selain itujuga ditandai juga dengan tumbuhnya e-commerce dan lainnya, yang malah dapatmenambah lapangan pekerjaan,” paparnya.

Jadi, lanjut Airlangga, revolusi industri 4.0 adalah tantangan dan peluang yang sangat baik bagi Indonesia. “Dengan Industri 4.0, sektor manufaktur kita akan menjadi lebih efisien, produktif dan dapat bersaing di dunia,” ucapnya.

Apalagi, Siemens AG akan meluncurkan sebuah platform digital terbaru bernama Siemens Industrial Edge. Platform ini befungsi untuk membantu perangkat automasi dengan cara menyediakan pemrosesan data di tingkat mesin serta teknologi analisis canggih dan kemampuan edge computing untuk industri manufaktur dengan aman.

Terkait peningkatan investasi, Kemenperin mengajak Siemens terus menggandeng produsen komponen pembangkit listrik lokal agar menjadi mitra bisnisnya. Siemens memiliki pabrik komponen pembangkit tenaga listrik, seperti turbin uap dan turbin gas di Cilegon, Banten. “Industri kita sudah ada yang mampu memproduksi komponen pembangkit listrik, seperti boiler,” ungkap Menperin.

Beberapa waktu lalu, PT Barata Indonesia (Persero) kembali memperkuat lini bisnisnya melalui kerja sama dengan Siemens Aktiengesellschaft untuk memproduksi turbin khusus industri gula. Kolaborasi ini tertuang dalam penandatanganan Strategic Alliance Agreement.

Rencananya, Siemens juga ingin berinvestasi untuk pengembangan lokomotif kereta api dengan teknologi AC/AC yang memiliki keunggulan mesin kuat, perawatan lebih sederhana, irit bahan bakar dan emisi gas buang yang rendah.(rel).
 
Top