JA.com, Jakarta--Melalui program Santripreneur, Kemenperin mendorong para santri untuk memacu kemampuannya dalam berwirausaha terutama melalui peningkatan etos kerja, kreativitas dan inovasi, produktivitas, kemampuan membuat keputusan dan mengambil risiko, serta kerja sama yang saling menguntungkan dengan menerapkan etika bisnis.

Kementerian Perindustrian gencar menjalankan program Santripreneur sebagai upaya menumbuhkan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di pondok pesantren. Kali ini, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) melakukan kegiatan bimbingan teknis (bimtek) di Pondok Pesantren Hidayatulah Mubtadiin Lirboyo di Kota Kediri, Jawa Timur.

“Acara bimtek ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan fasilitasi mesin dan peralan pengolahan limbah plastik kepada Ponpes Hidayatulah Mubtadiin Lirboyo yang sudah dilakukan beberapa waktu lalu,” kata Direktur Jenderal IKM Gati Wibawaningsih di Jakarta, Minggu (6/5/2018).

Gati berharap, melalui kegiatan bimtek yang terintegrasi tersebut, diharapkan para santri yang dididik langsung dapat mengolah limbah plastik menjadi barang yang bernilai ekonomi. “Dalam bimtek ini tidak hanya diajarkan tentang pengolahan limbah plastik, tetapi juga dilatih tentang pembuatan pupuk dari limbah organik,” terangnya.

Pelaksanaan bimtek di Ponpes Hidayatulah Mubtadiin Lirboyo ini berlangsung selama lima hari, mulai tanggal 30 April sampai 4 Mei 2018, dengan jumlah peserta sebanyak 20 orang santri. “Kami lihat, dalam waktu lima hari, para peserta sudah dapat menguasai ilmu yang diberikan oleh para instruktur. Oleh karena itu, kami ingin agar ilmu yang didapat bisa diterapkan sehingga akan menjadi awal kebangkitan usaha para santri di Ponpes ini,” jelas Gati.

Sementara itu, Direktur IKM Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan, E. Ratna Utarianingrum mengatakan, program Santripreneur merupakan wadah untuk menjembatani santri-santri yang memiliki jiwa wirausaha agar lebih inovatif dan berdaya saing. “Kalau saja para santri ini bisa melakukan kegiatan ini secara kontinyu, di samping akan menambah penghasilan, juga akan menjadi pahlawan dalam mengatasi masalah sampah terutama sampah plastik,” paparnya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, tumbuhnya wirausaha industri baru akan memacu ketahanan ekonomi nasional semakin kuat. Hal ini karena dapat membawa efek berantai terhadap perekonomian seperti peningkatan pada penyerapan tenaga kerja. “Maka itu, kunci utama untuk jadi entrepreneur sukses ada dua, yaitu pintar dan perbanyak pertemanan,” ungkapnya.

Menperin juga mengajak kepada generasi muda termasuk para santri untuk menjadi wirausaha industri di sektor digital. Pasalnya, Indonesia ditargetkan menjadi negara ekonomi terkuat ketujuh di dunia pada tahun 2030, di mana salah satunya diharapkan melalui kontribusi dari sektor industri digital.

“Seluruh sumber daya termasuk para santri ini harus dilatih semaksimal mungkin agar sasaran-sasaran tersebut bisa tercapai,” ujarnya. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Kemenperin diberi target untuk menumbuhkan sebanyak 20.000 wirausaha baruhingga akhir tahun 2019. “Jumlah pengusaha di Indonesia naik mencapai 3,4 persendi tahun 2017. Angka ini cukup baikkarena telah melebihi standar nasional sebesar 2 persen,” tambah Airlangga.

Tahun ini, program Santripreneur yang dilaksanakan Kemenperin untuk Provinsi Jawa Timur meliputi di Ponpes Sunan Drajat, Lamongan dan Ponpes Lirboyo, Kediri. Dalam implementasi Santripreneur ini, Kemenperin memiliki dua model penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di pondok pesantren, yaitu model Santri Berindustri dan Santri Berkreasi.

Santri Berindustri merupakan upayapengembangan unit industri yang telah dimiliki oleh pondok pesantren maupun penumbuhan unit industri baru yang potensial. Langkah ini diharapkan mendorong unit industri tersebut menjadi tempat magang para sumber daya manusia di lingkungan pesantren.

Sedangkan, model Santri Berkreasi merupakan program kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif para santri maupun alumni yang terpilih dari beberapa pondok peantren untuk menjadi seorang profesional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini.(rel).
 
Top