JA.com, Hong Kong: Leung Chun-ying berkata, Jumat 9 Desember, tidak berminat meneruskan jabatan periode kedua. Pemimpin Hong Kong tidak populer, yang didukung Beijing itu, selama ini dituding telah mencoba untuk memblokir atau menyingkirkan para politisi oposisi yang terpilih dari jabatan mereka. 
 
"Saya harus membuat pilihan yang bertanggung jawab antara memenuhi tanggung jawab saya kepada masyarakat dan keluarga saya," katanya pada konferensi pers, seraya menambahkan bahwa masa kampanye akan membuat stres tak tertahankan pada keluarganya.
 
Dilansir Seattle Times dari laporan New York Times, Jumat (9/12/2016), Leung menjadi kepala eksekutif, jabatan tertinggi di kota ini, sejak 2012. Dia kepala eksekutif pertama yang bersikeras tidak menginginkan pemilu ulang sejak Hong Kong, bekas jajahan Inggris, kembali ke pemerintahan Tiongkok pada 1997.
 
Para kritikus melihat Leung telah menjalankan sebuah cara mendukung pemerintah Tiongkok terhadap kebijakan garis keras di Hong Kong, sebagai wilayah semiotonom. Beberapa tahun terakhir, di bawah kepemimpinan Leung, kekhawatiran telah merebak di kota tersebut lantaran tergerusnya kebebasan sipil dan, baru-baru ini, tindakan keras terhadap oposisi politik.
 
"Semua orang di Hong Kong dapat melihat bahwa pemerintah pusat, termasuk para pemimpin di negeri ini, sangat mendukung pekerjaan saya selama bertahun-tahun," katanya, sembari menolak spekulasi bahwa ia memutuskan berhenti karena ketidaksetujuan Beijing.
 
Dalam sebuah pernyataan, Kantor Pemerintah Tiongkok Urusan Hong Kong dan Makao (HKMAO) menyatakan "menyesal" atas keputusan Leung untuk tidak melanjutkan pengabdiannya dan memuji kontribusinya dalam menegakkan kedaulatan dan stabilitas nasional di Hong Kong.
 
Leung akan tetap menjabat selama enam bulan sampai pelantikan penggantinya, yang akan dipilih pada Maret mendatang.
 
Pekan lalu, Leung dituduh melancarkan 'kudeta' saat ia mencoba menggeser empat legislator pro-demokrasi terpilih dengan tuntutan hukum atas cara mereka mengambil sumpah jabatan. Sebuah peninjauan kembali sebelumnya telah ia gagas untuk mendiskualifikasi dua anggota separatis menjabat anggota legislatif. Tapi tuntutannya menantang empat anggota parlemen itu untuk menduduki jabatan, tidak menganjurkan kemerdekaan Hong Kong dari China, dipandang sebagai tindakan keras yang lebih luas terhadap kelompok oposisi.
 
Enam politisi ditargetkan oleh Leung di antara lebih dari 10 orang yang menyelipkan pernyataan politik dalam sumpah jabatan mereka, pada Oktober. Dua dari mereka, aktivis pro-kemerdekaan Sixtus Leung dan Yau Wai-ching, menambahkan nama alternatif untuk Tiongkok yang banyak dilihat sebagai penghinaan, dan berjanji setia kepada "bangsa" Hong Kong. Sumpah mereka itulah yang mendorong intervensi hukum yang langka dari pemerintah Tiongkok.
 
Dalam empat tahun sejak Leung menjabat, Hong Kong telah bertabur protes jalanan besar-besaran menuntut demokrasi yang lebih terbuka di tengah keluhan ekonomi yang luas. Termasuk urusan perumahan di pasar properti yang secara teratur menempati peringkat sebagai salah satu yang paling mahal di dunia. 
 
Dalam konferensi pers, Jumat, Leung tidak memberi rincian tentang masalah keluarganya, meskipun media lokal melaporkan pekan ini bahwa ia telah mengunjungi sebuah rumah sakit di mana putrinya berobat. "Putri saya hanya memiliki satu ayah, dan istri saya memiliki hanya satu suami," katanya.
 
Pada sebuah episode yang dilaporkan secara luas di tahun 2015, Leung mengatakan anak sulungnya, Leung Chai-yan, memiliki masalah kesehatan setelah sang putri menuduh ayah dan ibunya menyiksa dirinya. Leung memiliki dua putri dan seorang putra.
 
Kepala eksekutif Hong Kong dipilih oleh sebuah komite elite yang didominasi oleh kalangan loyalis Beijing.JA/Mtro
 
Top