JA.com,Padang (Sumatera Barat)--Hiruk pikuknya bunyi kendaraan berlalu lalang ditengah kota padang, tidak menggoyahkan semangat Nurafni untuk berjalan kaki setiap harinya dengan jarak tempuh lebih kurang 3 kilometer, untuk mendapatkan pendidikan dari sekolahnya.

Kadang kala sesampainya disekolah badan sudah terasa letih untuk menghadapi pelajaran, sekali-kali guru pun menegur Nurafni yang terkantuk sedang belajar.

Ironisnya lagi, ketika cuaca tidak cerah maka terpaksa Ia urungkan niatnya untuk bersekolah, karena pakaian dan tasnya sudah basah sesampai di sekolah, maka Nurafni kadang dalam sebulan dapat belajar selama 20 hari.

Nasib belum berpihak pada gadis remaja yang hidup dibawah garis kemiskinan sebagai siswa kelas IX SMPN 3 Padang ini, bertekad untuk meraih masa depan yang lebih baik dan terus diperjuangkannya.

Rumahnya yang terletak di pesisir pantai Padang Kelurahan Purus Kecamatan Padang Barat Kota Padang ini, berharapa untuk dapat melanjutkan sekolahnya ke SMKN 2 Padang sangat besar.

Dengan melihat kehidupan sehari-harinya yang masih dibawah garis kemiskinan, sepertinya harapan itu hanyalah sekedar buaian mimpi tidurnya diwaktu malam.

Dan disaat Ia terbangun, Ia pun menyadari, tidaklah mungkin keinginan itu dapat terwujud. Sebab, bagaimana  harapan itu tercapai, untuk datang ke sekolah yang berjarak lebih kurang 1 km dari kediamannya, Ia sering tidak masuk karena jalan kaki, itupun dalam cuaca cerah, apalagi kalau  musim penghujan, sudah dapat dipastikan Ia tidak akan datang.

Hal ini didasari kehidupan ekonomi keluarganya yang papa. Ayahnya Yakin (60) seorang buruh kasar bangunan, namun sekarang ini sudah tidak bisa lagi bekerja, karena kedua matanya mengalami kecelakaan terkena pecahan keramik saat bekerja.

Sedangkan Ibunya Rosaneli (57), sering sakit-sakitan tidak bisa membantu untuk mencari nafkah, Dan untuk menunjang kehidupan keluarganya selama ini, Ia pun hanya mengandalkan bantuan dari saudara orang tuanya yang juga hidup pas-pasan.

“ Pihak sekolah SMPN 3 Padang sendiri telah menyikapi persoalan ini secara arif dengan mendatangi dan memberi bantuan kepada keluarganya. Dan sebagai murid, Iapun mengucapkan puji syukur kepada Allah atas perhatian yang telah diberikan pihak sekolah kepada keluarganya.” ungkap Nurafni.

Terkadang terlintas di benak gadis remaja ini ingin membantu ekonomi orang tuanya, untuk mencari kerja akan tetapi seumurnya mungkin tidak ada yang menerimanya. Hampir setiap malam, matanya tidak jua mau tertutup, karena harus menahan perihnya perut yang belum di isi.

Dengan tetesan butiran air matalah yang selalu mewakili do’a nya kepada Allah SWT agar roda nasib dapat berpihak dan merobah kehidupannya.(Thamrin)

 
Top