JA.com, Tanah Datar (Sumatra Barat)--Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat kekurangan gizi kronis sehingga pertumbuhan fisik anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.

Ini disampaikan Wakil Bupati Tanah Datar Richi Aprian, SH, MH yang juga sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (KPPS) kabupaten Tanah Datar, saat membuka Sosialisasi Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja Tahun 2022 yang terlaksana berkat kerjasama antara BKKBN Provinsi Sumatera Barat dengan Mitra Kerja, Jumat (28/10/2022), kemarin di aula Kantor Camat Lima Kaum.

"Untuk menyiapkan itu semua kita harus bisa menjadi lumbung pangan di Sumatera Barat, dan itu sudah harus mulai kita siapkan dari sekarang. Kita juga sudah memulainya dengan menjadikan Tanah Datar sebagai penghasil protein yang besar, penghasil beras, daging dan juga pangan dengan program unggulan kita yakni Asuransi Tani dan Ternak," katanya.

Dikatakan, Tanah Datar merupakan penghasil beras terbesar di Sumatera Barat dari itu jangan sampai ada lagi anak-anak yang tumbuh stunting, ini tentunya membutuhkan kerjasama semua elemen masyarakat termasuk juga perantau.
.Richi berharap, melalui sosialisasi ini akan mampu memberikan pencerahan dan pengetahuan kepada seluruh masyarakat, terutama bisa mencarikan solusi dalam menyelesaikan kasus-kasus stunting di Tanah Datar. "Target kabupaten Tanah Datar tahun 2024 angka prevalensi menjadi 0% harus tercapai," pungkasnya.

Sementara anggota komisi IX DPR RI H. Suir Syam, dikesempatan yang sama menyampaikan untuk percepatan penurunan stunting yang paling utama adalah harus memaksimalkan pelayanan kesehatan.

"Angka prevalensi 21,5% itu artinya satu dari lima anak memiliki peluang mengalami stunting, ini memang perlu dilakukan penurunannya," ujar Suir Syam.

Selain itu, H. Suir Syam juga membahas masalah penyakit gagal ginjal akut yang banyak diderita oleh anak akhir-akhir ini.

Ia berpesan, kalau ada anak-anak yang sakit agar tidak diberikan obat yang berbentuk sirup karena diduga mengandung etilen glikol yang berlebih yang menyebabkan penyakit gagal ginjal akut pada anak.

Sementara tokoh masyarakat setempat Novitra Kemala, menyampaikan ucapan terima kasih atas terlaksananya sosialisasi ini. Menurutnya ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat guna menambah wawasan terutama tentang stunting.

Tampak hadir pada acara tersebut Koordinator Litbang Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat Nurbaiti Djabang, Kepala Dinas PMDPPKB Novendril, Camat Lima Kaum Irwan bersama forkopimca, Wali Nagari se Kecamatan Lima Kaum dan undangan lainnya. (MG)
 
Top